@Jembatan Gantung

@Jembatan Gantung

Rabu, 21 Desember 2011

Ibuku Pahlawanku

Kejadian ini terjadi di sebuahkota kecil di Taiwan, Dan
sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah
perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi
manager. Gaji-nya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak
terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan
gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang
bergaul dengan dia, terutama
dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner
perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian
khusus pada A be.

Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya
seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok
yang baru mengering.
Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan
belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar.
Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia
jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak
lain adalah Ibu kandung A Be.
Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan rutin layaknya ibu
rumah tangga lain yang sehat.
Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-
lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda
normal layaknya anak muda
lain. Kondisi Ibunya yang cacat
menyeramkan itu
membuatnya cukup sulit
untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa
wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu
adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum
meninggal. “Dia tidak punya
saudara, jadi saya tampung,
kasihan. ” jawab A be.
Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu
saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan
ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari
kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan
pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu
hari ia jatuh sakit cukup parah.
Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan
mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan
sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya.
Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang
kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada
mahal sekali).
Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-
uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan
mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil.
Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan
koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be.
Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita
cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang
seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah
menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan
memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya
dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah
mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar
cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak
terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be
cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita
cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang
dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu
kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak
berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa
di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran
usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang
sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia
meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya
selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan
ketulusan hati anaknya. ”Yang sudah-sudah nak, Ibu
sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi ”.
Setelah ibunya sembuh, A be bahkan berani membawa
Ibunya belanja ke supermarket. Walau
menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek
bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta
(wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak
dan elektronik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar